Kamis, 23 Agustus 2012

It's Me


It,s Me Sofyan Wartabone


Masuknya saya didunia sepakbola profesional tak pernah sepintaspun hadir dalam fikiran saya apalagi cita-cita, diawali dengan memegang tim suratien Pengcab PSSI Jakarta Utara pada tahun 2011 ternyata terus berlanjut sampai kesepakbola profesional, tidak tanggung – tanggung teman-teman mengamanahkan saya memegang jabatan yang menurut saya sangat strategis sebagai Manager Persitara, berfikir keras dan bermunajat kepada Allah SWT memohon petunjuk-Nya benarkah keputusan yang saya buat.

Saya bukan pengusaha, saya hanyalah seorang karyawan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perminyakan, sangatlah terbatas kemampuan finansial ditambah lagi latar belakang saya yang tidak memiliki pengalaman didalam berorganisasi, dengan niat tulus dan ikhlas tanpa ada niat mencari keuntungan saya memberanikan diri memegang amanat tersebut.

Kekhawatiran saya diawal tentang kemampuan finansial yang terbatas ternyata terbukti, memasuki awal putaran ke dua Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2011-2012, saya mulai kehabisan amunisi tak ayal lagi banyak barang-barang berharga bukan hanya milik saya saja tetapi harta benda milik istripun menjadi korban demi eksistensi Persitara.

Perubahan sikap yang terjadi pada saya ternyata mendapat perhatian dari teman-teman, ada apa? Apa yang terjadi? Saya sudah tidak ada dana lagi untuk melanjutkan pertempuran! amunisi yang tertinggal hanya ini beberapa lembar uang ratusan ribu! tak ada uang lagi di Bank! Tulah Jawaban yang saya berikan pada teman-teman. Hal tersebut membuat teman-teman tersentak dan menyadari bahwa seharusnya Persitara bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang manager semata, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai warga Jakarta Utara.

Selama ini tidak ada kepedulian dari Perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta Utara, padahal Jakarta Utara memiliki perusahaan – perusahaan berlevel Nasional dan Internasional, proposal yang kami ajukan tidak satupun yang direspon positif, hal ini membuat teman-teman prihatin sekaligus marah menghadapi kenyataan seperti ini.

Persitara harus diselamatkan! Bukan hanya itu Bang Sofyan pun harus selamat dari kehancuran, kami tidak ingin karena sepakbola pekerjaan dan keluarga menjadi korban, satu kata Demonstrasi dan hanya ada 2 pilihan bantu atau tidak, kalau mau hancur-hancur sekalian, tapi bukan kita yang hancur tapi Mereka! (perusahaan), kata-kata tersebut sering diucapkan teman-teman dan itu menjadi pemicu saya untuk tetap semangat mewujudkannya.

Terbentuklah MATA UTARA  (Masyarakat Jakarta Utara Pecinta Persitara) yang dikomandoi oleh Achmad Mawardi salah seorang wakil ketua Pengcab PSSI Jakarta Utara, pada awalnya rencana unjuk rasa tersebut hanya melibatkan komunitas sepakbola saja, namun karena kepedulian dan kecintaan mereka pada Persitara  untuk berpartisipasi tak dapat dibendung lagi.

Kamis, 24 Mei 2012 Unjuk rasa pun terjadi diawali didepan pabrik tepung terbesar di Indonesia dan mungkin di Asia PT. Bogasari Floor Mills, ribuan massa berkumpul mendengarkan Orasi yang disampaikan para orator diantaranya Rinto (Ketua Klub Sepakbola Rawa Junior,anggota Divisi satu Pengcab PSSI Jakarta Utara) yang mencetuskan “Pantura” (Panca Tuntutan Persitara) pada saat orasi, alhasil demonstrasi tak berlangsung lama karena pihak yang akan menjadi sasaran unjuk rasa pada prinsipnya siap membantu, kita tunggu saja hasilnya, dan kami berharap mereka tidak mengingkari janjinya.  

Mohon maaf kepada seluruh pengguna jalan, karena dampak dari aksi tersebut menimbulkan kemacetan luar biasa, tapi hanya inilah jalan terakhir, inilah perjuangan banyak memang yang dikorbankan termasuk para pengguna jalan, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi jika para Perusahaan peduli terhadap Persitara.

Semoga Pantura dapat terwujud amin.....



Rabu, 22 Agustus 2012


SELAYANG PANDANG PERSITARA
Persitara 2011/2012 Liga Indonesia

Persatuan Sepak bola Indonesia Jakarta Utara (disingkat Persitara) adalah sebuah klub sepak bola profesional yang bermarkas di Jakarta Utara. Persitara berdiri pada tahun 1979 dengan nama Persija Timur-Utara (Persijatimut). Tim yang berjuluk Laskar Si Pitung ini menjadi salah satu kontestan Superliga 2009/10 (degradasi ke Divisi Utama sampai sekarang)



Sama halnya dengan tim sepakbola professional lainnya, saat ini Persitara hidup mandiri tanpa sokongan dana APBD DKI Jakarta. Hanya saja, sejak berdirinya, Persitara tidak mendapatkan kucuran dana rakyat sama seperti yang diterima saudara tuanya Persija Jakarta Pusat

Puncaknya ketika tampuk kepemimpinan ibu kota dipegang Sutiyoso selama dua periode. Persitara sama sekali tidak diperhitungkan dan hanya dianggap sebagai tim pelengkap. Terlebih dengan munculnya wacana "Jakarta Satu". Yakni hanya satu tim sepak bola yang tampil mewakili Jakarta. Itu dilihat dari dana APBD yang diperoleh. Persija mendapat dana APBD sekitar Rp. 22 miliar, sementara Persitara hanya mendapat Rp. 3 miliar.

Namun, semangat juang dan pantang menyerah tim yang pada saat itu masih dipimpin mantan Walikota Jakarta Utara Effendi Anas itu tidak pernah kendur. Termasuk melawan wacana "Jakarta Satu", meski dengan keterbatasan dana yang dimiliki,  Itu pula yang membuat beberapa tim lain di Jakarta, seperti Persija Barat, Persija Selatan, tidak bisa bertahan dan saat ini hanya berlaga di divisi dua dan divisi tiga.

Tak kunjung mendapat perhatian dari Pemprov DKI, prestasi Persitara pun terjun bebas, hingga berada di kasta terendah divisi dua pada musim 2002. Dari situlah tim yang diterima menjadi anggota PSSI sejak 1980 ini mulai merajut prestasi, hingga akhirnya bisa menembus Superliga pada musim 2008/2009 dan 2009/2010.

Yang paling tragis tentunya adalah Persijatimur, yang merupakan pecahan dari Persitara. Karena merasa kurang mendapat perhatian di ibukota akhirnya tim ini dijual ke Pemprov Sumatera Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi Sriwijaya Football Club (SFC).

Di era perserikatan, prestasi terbaik Persitara terjadi pada musim 1985/86, ketika sukses menembus divisi utama. Sayang, Mansyur Lestaluhu dan kawan-kawan kala itu hanya mampu bertahan satu musim di level atas kompetisi sepak bola nasional dan kembali ke divisi satu.